Rabu, 18 Desember 2019

PROFIL PENULIS



Nama                             : Novi Tri Windi
Tempat & tanggal lahir : Sumbawa, 24 November 1991
Jenis Kelamin                : Perempuan
Alamat                           : Sumbawa besar, Provinsi NTB
Agama                           : Islam
Status                             : Menikah
Pekerjaan                       : ASN
Unit Kerja                      : RS. H.L. Manambai Abdulkadir


Selasa, 17 Desember 2019

Angka Stunting Turun Menjadi 30,8%

Sumber Gambar
Angka stunting atau kekerdilan pada bayi di bawah lima tahun akibat gizi buruk mengalami penurunan menjadi 30,8 persen. Angka itu menurun sekitar 6,4 persen dari lima tahun sebelumnya. Penurunan angka stunting tersebut didapat dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang diungkapkan Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek dalam acara Forum Merdeka Barat 9 di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (23/10). "Angka stunting pada Riskesdas 2013 37,2 persen turun menjadi 30,8 persen pada 2018," ujar Nila, melansir ANTARA. Sementara angka kekerdilan pada usia bayi di bawah dua tahun berada di angka 29 persen. Nila mengatakan, penurunan angka kekerdilan ini merupakan hasil dari upaya yang telah dilakukan pihaknya bekerja sama dengan sektor-sektor lain, seperti Kementerian PUPR dalam penyediaan akses sanitasi dan air bersih. "Termasuk Kementerian Agama untuk menekan angka pernikahan dini. Karena stunting juga berkorelasi dengan penyakit tidak menular," ujar Nila. Riskesdas 2018 sendiri dilakukan atas kerja sama Kemenkes dengan Badan Pusat Statistik. Sebelumnya, hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017, angka kekerdilan pada anak berada di angka 27 persen. Namun, PSG hanya menggunakan sampel dalam lingkup yang lebih kecil.


Sumber : cnnindonesia

Selasa, 12 November 2019

STOMATITIS (SARIAWAN)

Stomatitis atau yang biasa dikenal dengan sariawan berasal dari Bahasa Yunani, stoma yang berarti mulut dan itis yang berarti inflamasi (radang). Stomatitis adalah inflamasi lapisan mukosa dari struktur apa pun pada mulut; seperti pipi, gusi (gingivitis), lidah (glossitis), bibir dan atap atau dasar mulut. Kata stomatitis sendiri secara bahasa berarti inflamasi pada mulut. Inflamasi dapat disebabkan oleh kondisi mulut itu sendiri (seperti oral hygiene yang buruk, susunan gigi yang buruk), cedera mulut akibat makanan atau minuman panas, atau oleh kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh (seperti obat-obatan, reaksi alergi, atau infeksi).

Sumber Gambar

Gejala dan Penyebab Stomatitis
Stomatitis ditandai dengan luka yang muncul di dalam mulut. Luka tersebut umumnya berwarna putih dan dapat membengkak. Gejala stomatitis yang muncul biasanya tidak parah dan dapat pulih tanpa pengobatan medis dalam waktu satu hingga dua minggu
Stomatitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
  • Kondisi medis tertentu, infeksi virus.
  • Cedera pada lapisan dalam mulut.
  • Efek samping dari obat atau metode pengobatan.
  • Perubahan hormon dan beberapa faktor lainnya.
Pengobatan Stomatitis
Stomatitis umumnya dapat pulih dengan sendirinya. Akan tetapi, penderita dapat melakukan penanganan secara mandiri untuk mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dialaminya seperti menggunakan sedotan, mengindari pemicu sariawan, dan menghindari makanan yang pedas.
Jika pengobatan mandiri tidak dapat menangani stomatitis, maka dokter dapat memberikan penderita obat pereda nyeri, obat kortikosteroid, obat antimikroba dan obat-obatan lainnya sesuai dengan kondisi pasien.

Pencegahan Stomatitis
Stomatitis dapat dicegah dengan beberapa cara, di antaranya:
  • Menjaga kebersihan mulut.
  • Memeriksakan kondisi gigi dan mulut secara teratur ke dokter gigi.
  • Berhenti merokok.
  • Melakukan kegiatan penunjang untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Sumber : wikibuku, alodokter
               


PERIODONTITIS DAN GEJALANYA

Periodontitis adalah infeksi gusi serius yang merusak jaringan lunak dan tulang penyokong gigi. Periodontitis disebut juga dengan penyakit gusi. 
Pada dasarnya, periodontitis muncul sebagai kelanjutan dari gingivitis yang sudah parah. Pada orang dengan periodontitis, lapisan bagian dalam dari gusi dan tulang menjauh dari gigi-gigi dan membentuk kantong-kantong (pockets). Ruang-ruang kecil ini antara gigi-gigi dan gusi-gusi mengumpulkan puing-puing (kotoran) dan dapat menjadi terinfeksi. Sistem imun tubuh melawan bakteri-bakteri ketika plaque menyebar dan tumbuh di bawah garis gusi.
Racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri dalam plaque serta enzim-enzim tubuh yang “baik” yang terlibat dalam memerangi infeksi-infeksi mulai mengurai tulang dan jaringan penghubung yang memegang gigi-gigi pada tempatnya. Ketika penyakitnya berlanjut, kantong-kantong (pockets) mendalam dan lebih banyak jaringan gusi dan tulang yang dirusak. Ketika ini terjadi, gigi-gigi tidak lagi tertanam pada tempatnya, mereka menjadi lebih kendur, dan kehilangan gigi terjadi. Penyakit gusi, nyatanya, adalah penyebab utama yang memimpin terjadinya kehilangan gigi pada kaum dewasa.
Sumber Gambar

Gejala yang tampak ketika melakukan pemeriksaan gigi akibat terjadinya gangguan periodontitis antara lain:
  1. Perdarahan gusi. Infeksi dan peradangan pada gusi bisa memicu terjadinya perdarahan pada gusi.
  2. Perubahan warna gusi. Perubahan warna gusi disebabkan oleh aktifitas bakteri anaerob dalam kantung gusi atau bisa juga disebabkan infeksi pada jaringan akar gigi.
  3. Bau mulut. Bau mulut atau halitosis disebabkan aktivitas kuman dan bakteri atau bisa juga dipicu oleh pembusukan sisa makanan pada kantong kuman.
  4. Pada pemeriksaan mulut dan gigi, gusi tampak bengkak dan berwarna merah keunguan.
  5. Akan tampak endapan plak atau karang gigi di dasar gigi disertai kantong yang melebar pada gusi.

               



SATPEL PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara urnum.
Gigi merupakan bagian terpenting dalam mulut yang dapat berfungsi untuk makan dan berbicara. Kerusakan gigi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Anak usia sekolah merupakan usia dimana mereka lebih cenderung untuk memilih makanan yang manis seperti cokelat dan permen. Hal ini menjadi faktor utama meningkatnya anak usia sekolah dengan masalah kerusakan gigi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendidikan kesehatan terhadap anak usia sekolah tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan,  pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk  pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang masih mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting,  padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007). Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi karena banyak penyakit umum. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg H Emmyr F Moeis, MARS mengatakan, kondisi gigi dan mulut bisa mengungkapkan gejala-gejala awal  penyakit berbahaya bahkan sampai memprediksi kelahiran premature. Untuk kesehatan gigi dan mulut, Riskesdas 2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2%. Adapun proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%.

B.     Tujuan
Setelah dilakukan penyuluhan dengan metode audio visual dan simulasi ini, diharapkan anak dapat mengetahui, mempraktekkan sendiri dan membiasakn diri dengan cara menggosok gigi yang baik dan benar sesuai dengan video Mogigu.

C.     Sasaran / Target
Anak usia 8 tahun (1 orang)


BAB II
ISI

1.   Analisa lagu Mogigu yang diterapkan pada anak
a.       Pendapat anak tentang lagu Mogigu
Pendapat anak pada lagu Mogigu adalah Mogigu lagu yang sangat menyenangkan dan mudah dipahami maksudnya.
b.      Anak menggosok gigi sesuai instruksi yang ada di lagu Mogigu
Saat pertama kali anak diputarkan video mogigu, anak tersebut langsung tertarik dan langsung mempraktekkan dan meniru langkah-langkah menggosok gigi sesuai dengan video mogigu tersebut.


2.      Pantauan kegiatan anak selama 7 hari
No
Hari
Waktu
Kegiatan Anak
1
Hari ke I
Pagi
-          Anak menggosok gigi sambil menonton video
Malam
-          Anak menggosok gigi sambil menonton video
2
Hari ke 2
Pagi
-          Anak menggosok gigi sambil menonton video
Malam
-          Anak menggosok gigi sambil menonton video
3
Hari ke 3
Pagi
-          Anak menggosok gigi sambil menonton video
Malam
-          Anak menggosok gigi sambil menonton video
4
Hari ke 4
Pagi
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video
Malam
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video
5
Hari ke 5
Pagi
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video
Malam
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video
6
Hari ke 6
Pagi
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video dan sudah mulai menghapal langkah-langkahnya
Malam
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video dan sudah mulai menghapal langkah-langkahnya
7
Hari ke 7
Pagi
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video dan sudah mulai menghapal langkah-langkahnya
Malam
-          Anak menggosok gigi tanpa menonton video dan sudah mulai menghapal langkah-langkahnya

3.      Evaluasi hasil pantauan selama 7 hari
No
Hari
Waktu
Lama
Cara
menggosok gigi Instruksi
Sesuai Lagu mogigu
Foto
Menggosok Gigi
1
Hari
Ke 1
Pagi
>2 mnt
V

Malam
>2 mnt
V


2
Hari
Ke 2
Pagi
>2 mnt
V

Malam
>2 mnt
V

3
Hari
Ke 3
Pagi
2 mnt
V

Malam
2 mnt
V

4
Hari
Ke 4
Pagi
<2 mnt
V

Malam
<2 mnt
V

5
Hari
Ke 5
Pagi
>2 mnt
V

Malam
>2 mnt
V

6
Hari
Ke 6
Pagi
>2 mnt
V

Malam
>2 mnt
V

7
Hari
Ke 7
Pagi
>2 mnt
V

Malam
>2 mnt
V










1.      Hasil yang didapat menurut teori Rogers
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut, analisa kegiatan Pendidikan Kesehatan Gigi menurut Teori Rogers adalah :
·            Kesadaran (Awareness)
Setelah mengikuti kegiatan tersebut peserta akan mulai menyadari penting nya cara menggosok gigi yang tepat sesuai instruksi lagu mogigu.
·            Tertarik (Interest)
Setelah diputarkan video, anak ada sedikit ketertarikan untuk mencoba menyikat gigi dengan instruksi sesuai dengan Mogigu.
·            Evaluasi (Evaluation)
Setelah dilakukan pemutaran video, anak mulai merasa bahwa MOGIGU baik dan asyik dilakukan untuk kebersihan giginya.
·            Mencoba (Trial)
Setelah mengikuti kegiatan tersebut peserta akan mulai mencoba perilaku baru, yaitu Anak mulai mencoba sedikit demi sedikit cara menyikat gigi sesuai gerakan Mogigu.
·            Adopsi (adoption)
Setelah mencoba sedikit demi sedikit, si anak akan mulai menerapkan sikat gigi yang baik dan benar dan mulai membiasakan diri dengan menyika gigi dua kali sehati pada pagi hari dan malam hari.


5.      Penjelasan aspek kognitif, psikomotorik, dan bahasa yang ada dalam kegiatan
a.       Aspek kognitif
Aspek kognitif pada kegiatan tersebut yaitu demonstrasi cara menggosok gigi, modelling, mentoring dari orang tua, dan menggosok gigi mengikuti instruksi cara menggosok gigi sesuai lagu mogigu.
b.      Aspek psikomotorik
Aspek Psikomotorik pada kegiatan tersebut yaitu menggosok gigi dengan cara megikuti instruksi pada lagu mogigu.
c.       Aspek bahasa
Memberikan instruksi dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh si anak dan dilakukan secara berulang-ulang.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
           Audio visual menjadi salah satu metode yang efektif di gunakan dalam mengubah perilaku anak karena telah mencakup beberapa aspek seperti aspek kognitif, psikomotorik dan bahasa. Dan video mogigu menjadi salah satu contoh audio visual yang bisa digunakan dalam mengubah perilaku atau kebiasaan anak dalam menggosok gigi.

B.     Saran
           Jika kita menginginkan hasil yang lebih maksimal, sebaiknya pelaksanaan kegiatan dilaksanakan 21 hari agar menggosok gigi yang baik dan benar bisa menjadi kebiasaan mereka setiap hari.